Apa itu Gangguan Identitas Disosiatif?

Gangguan disosiatif terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan ingatan, mengubah cara berpikir dan perasaannya, dan menciptakan dunia baru dengan pikirannya.

Apa itu Gangguan Identitas Disosiatif? dengan orang lain

Orang dengan gangguan disosiatif sering mengalami pelarian yang tidak disengaja dari dunia nyata yang ditandai dengan hilangnya identitas, ingatan, identitas, dan kesadaran. Individu dari semua kelompok umur, ras, etnis, latar belakang sosial dan ekonomi dapat menderita gangguan disosiatif pada satu waktu atau lain waktu.

Meskipun tidak ada obat yang diketahui untuk gangguan ini, ada cara untuk mengobati gejalanya. Beberapa gejala umum dari gangguan tersebut meliputi; perasaan diawasi, kemampuan untuk memiliki beberapa kepribadian berbeda, dan persepsi yang berubah. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menderita gangguan ini segera hubungi dokter atau psikiater.

Penyebab gangguan disosiatif tidak diketahui. Penelitian menunjukkan bahwa pengidap kelainan ini akan sering mengacaukan waktu dengan ruang. Orang tersebut akan sering memiliki keyakinan aneh yang tidak sesuai dengan lingkungannya saat ini.

Gangguan tersebut seringkali menyebabkan seseorang mengalami kecemasan dan ketakutan. Banyak penderita juga melaporkan mengalami perasaan terpisah dari keluarga dan teman yang tidak biasa. Ini membuat mereka merasa sendirian dan terisolasi.

Gejala gangguan ini mungkin termasuk halusinasi, delusi, depersonalisasi, derealisasi, depersonalisasi, amnesia, kepribadian ganda, dan halusinasi. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal telah didiagnosis dengan gangguan ini, bicarakan dengan dokter Anda tentang gejala dan perawatannya. Ada berbagai macam terapi yang bisa dicoba. Penting untuk diingat bahwa obat-obatan dan perawatan ini hanya digunakan untuk meredakan gejala gangguan dan tidak dimaksudkan untuk mengobati gangguan itu sendiri.

Terapi adalah langkah awal yang baik untuk pengobatan. Jika Anda sulit tidur, Anda harus mencoba terapi perilaku kognitif. Bentuk terapi ini memungkinkan orang dengan gangguan tersebut untuk belajar mengenali ketakutan mereka dan menggantikannya dengan pikiran positif. Pikiran negatif ini kemudian dapat diganti dengan yang positif, yang akan membantu individu mengatasi ketakutan mereka.

Terapi Perilaku Kognitif dapat digunakan untuk membantu pasien mengubah perilaku yang tidak terkendali.

Apa itu Gangguan Identitas Disosiatif? yang akan membantu

Misalnya, jika seorang anak bertingkah karena stres atau pasangannya tidak masuk akal, pasien dapat belajar berbicara dengan mereka dengan cara yang penuh kasih. dan kemudian bekerja untuk mengendalikan perilaku tersebut.

Terapi juga membantu orang mengubah keyakinan yang menyebabkan masalah. Misalnya, seorang anak mungkin memiliki fantasi bahwa mereka gemuk. terapis akan membantu mereka memahami bahwa keyakinan ini tidak benar. Mereka akan belajar menggantinya dengan keyakinan yang sehat seperti; “Saya anak yang bahagia yang ingin makan makanan sehat”.

Seorang terapis mungkin menawarkan beberapa jenis terapi kelompok kepada orang yang menderita gangguan ini. Sesi terapi kelompok ini akan memungkinkan orang tersebut berinteraksi dengan orang lain. Ini akan membantu mengurangi isolasi dan merasa lebih nyaman membicarakan gangguan mereka. Sesi terapi kelompok juga dapat membantu mereka mengidentifikasi pemicu yang mengarah pada gangguan tersebut.

Pasien juga harus berusaha menghindari terlalu banyak kafein atau alkohol di malam hari. Hal ini dapat menyebabkan otak menjadi terlalu terstimulasi dan menimbulkan gejala. Bahan kimia otak juga bisa habis. jika pasien tidak cukup tidur, dia mungkin mengalami kesulitan tidur di malam hari.

Pengobatan juga dapat membantu. Dokter mungkin meresepkan obat tertentu untuk mengendalikan kecemasan dan depresi yang mungkin diderita pasien. Beberapa pilihan pengobatan termasuk antidepresan dan benzodiazepin.

Jika pengobatan tidak membantu, psikoterapi juga merupakan pilihan yang baik. Psikoterapi membantu belajar mengelola gejala dan kecemasan dari gangguan tersebut. Jenis terapi ini juga dapat mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi pemicu yang mengarah pada gangguan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *